Minggu, 04 Desember 2011

Procrastinator


Mau bikin tugas kelompok harus ngumpulin mood dulu. Rencana nyebar proposal harus ngumpulin mood dulu. Mau latihan ini itu harus ngumpulin mood dulu. Setelah suasana hati mendukung, barulah serentetan tugas dikerjakan. Tapi kalau suasana hati belum mendukung juga, mau bagaimana? Akhirnya apa yang dilakukan selalu deadline atau mendesak karena terlalu dekat dengan batas waktu. Orang tersebut bisa dikatakan sebagai procrastinator atau seorang penunda. Apa anda termasuk orang yang seperti itu? Mudah-mudahan tidak. Karena kita sebagai pelajar harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Yuk kita bahas tentang procrastinator.

Sikap tergantung mood dapat diartikan sebagai perwujudan rasa malas. Jika terus memelihara rasa malas, itu artinya kita termasuk seorang penunda atau lalai terhadap waktu. Frank Coppola, spesialis Attention Deficit Disorder (ADD), menyatakan bahwa diduga para penunda akut disebabkan oleh didikan sejak kecil yang selalu dibawah tekanan. Misalnya, kita selalu disuruh orang tua untuk membereskan mainan kita yang acak-acakan. Akibatnya kita menjadi tergantung dengan ucapan ortu dan tidak terlatih untuk memprediksi waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan sesuatu.
Menurut Joseph Ferrari, Ph.D., seorang professor psikologi, ada 3 tipe penunda akut yang bisa dilihat dari kesehariannya, yaitu:
·         -Seseorang yang selalu menunggu hingga batas waktu, sehingga muncul perasaan tergesa untuk mengerjakan tugas tersebut.
·         -Seseorang yang menghindari suatu pekerjaan karena kurang percaya diri
·         -Seseorang yang tidak mau menanggung resiko, sehingga cenderung menghindari memutuskan sesuatu.

Berbeda dengan pendapat diatas, menurut Timothy Pychyl, Ph.D., tidak ada orang yang terlahir sebagai dengan kebiasaan menunda, tapi kebiasaan itu dibentuk oleh diri sendiri setelah bersosialisasi.
Memang betul mood yang bagus bisa membuat hasil suatu pekerjaan maksimal. Tapi akankah kita terus menunggu sampai good mood datang? Sepertinya ada beberapa hal yang harus kita perhatikan berkaitan dengan kebiasaan menunda.
·         Kurang percaya kemampuan sendiri
Kita memandang bahwa tugas itu suatu beban yang besar, sehingga kita perlu mengumpulkan keberanian untuk mengerjakannya.
·         Perfeksionis
Perfeksionis adalah sikap seseorang yang menginginkan segalanya sempurna. Contoh didalam kasus ini antara lain kita akan mengerjakan tugas ketika semua bahan-bahan sudah terkumpul. Jadi tidak perlu bolak-balik karena kekurangan bahan. Tapi mengumpulkan bahan itu tidak sebentar. Ada baiknya kita mengerjakan apa yang ada. Kalau sudah begitu kita jadi tahu apa-apa saja hal yang kurang dalam tugas kita tersebut.
·         Rentan tekanan
Semakin seseorang diberi tekanan maka ia cenderung memiliki toleransi yang besar terhadap tekanan tersebut. Biasanya orang tersebut langsung mengalihkan fikiran ke sesuatu yang lebih menyenangkan. Ia memiliki anggapan bahwa tugas dapat diselesaikan dalam waktu singkat
·         Kurang focus
Biasanya orang ini sulit focus terhadap suatu hal. Begitu mendapat bayangan tentang hal yang lebih menyenangkan, ia langsung memilih hal menyenangkan tersebut ketimbang mengerjakan tugas. Akhirnya tugas terbengkalai.

Setiap tugas adalah tanggung jawab yang kita emban. Mereka bukan beban yang membuat kita takut lalu menghindarinya, tetapi mereka adalah tanggung jawab yang harus kita kerjakan sedikit demi sedikit. Tapi bagaimana caranya? Coba lakukan:
·         Kerjakan apa yang ada
Jangan jadikan mengumpulkan seluruh bahan tugas sebagai alasan kita menunda pengerjaan tugas. Karena sekecil apapun usaha yang dilakukan, pasti ada manfaatnya.
·         Kerjakan secara bertahap
Tidak ada kegiatan yang bisa dilakukan dalam satu waktu. Misalnya kita menunda tugas karya ilmiah dan akan mengerjakannya sehari sebelum batas waktu. Tapi siapa yang tahu? Kalau-kalau sehari sebelumnya kita jatuh sakit sehingga tidak bisa mengerjakan tugas.  Jadi mulailah mencicil tugas. Karena kita tidak tahu, apa yang akan terjadi kedepannya.
·         Lakukan kegiatan yang mendukung
Kegiatan pendukung diantaranya membereskan meja belajar, meraut pensil, merapikan buku membersihkan kamar dan lain-lain. Meski terlihat spele, kegiatan pendukung ini dapat menunjang pekerjaan besar kita.
·         Hargai waktu
Waktu adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa diputar kembali. Waktu amat berharga, bahkan sebanyak apapun uang yang kita miliki tidak akan dapat mengulang waktu. Jadi, manfaatkanlah selagi ada waktu. Isi waktumu dengan hal-hal yang berguna. Jangan terlena oleh kegiatan yang membuat kita berpaling dari kewajiban kita. “Waktu yang diberikan lebih sedikit daripada hal-hal yang harus dikerjakan”
·         Win-win solution
Pengen mengerjakan tugas tapi pengen juga bermain. Boleh asalkan kita bisa mengatur waktu dengan baik. Misalnya 45 menit kita gunakan untuk mengerjakan tuugas atau belajar dan 15 menit untuk istirahat. Otak kita juga perlu istirahat setiap beberapa waktu sekali. Tapi jangan sampai waktu istirahat melampaui waktu belajar atau mengerjakan tugas ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon kritik dan saran untuk perbaikan artikel atau blog.